Juni 09, 2008

Yang Bijaksana & Yang Bodoh

31 Agustus 2007

Seorang tua yang bijak, dengan nada suara jenaka pernah berkata kepadaku, “Saat kau seumurku nanti, kau akan lebih banyak menyesali hal-hal yang belum pernah kau lakukan ketimbang hal-hal yang telah kau perbuat!”

Aku tidak sepenuhnya mengerti maksud ucapan itu, tapi menurutinya saja. Perlukah meragukan kearifan seseorang yang telah hidup jauh lebih lama daripada kita? Aku pun pergi dan menjelajahi dunia; ibarat lagu yang didendangkan seorang biarawati dalam film klasik The Sound of Music: Climb every mountain, search high and low, follow every biway, every part you know...Climb every mountain, follow every stream, follow every rainbow till you find your dream...

Perjalanan itu ternyata memang penuh dinamika. Bahkan, tak semua jalan menawarkan kebaikan. Ada jalan yang tampaknya lurus, namun ujungnya mengandung maut. Sebaliknya, ada jalan yang awalnya kelihatan sama sekali tak meyakinkan, tapi pada akhirnya mengantar kepada kemuliaan.

Perjalanan iman pun demikian halnya. Aku pernah membaca sebuah tulisan yang sayangnya tak kuingat lagi nama pengarangnya, yang menyatakan bahwa ’iman yang hidup adalah iman yang sungguh-sungguh bergulat dengan hidup itu sendiri’...

Iman mendapat tantangannya dalam hidup. Iman bukan sekadar kepercayaan, melainkan juga sebuah ketetapan hati; dan ketetapan hati itu harus menjumpai ujian-ujiannya sendiri. Iman tak boleh hanya berupa warisan, tetapi ia hendaknya lahir dari sebuah keputusan; dan keputusan itu adalah semacam kesetiaan pada sebuah visi yang kekal... The dream, that will need all the love you can give; every day of your life for as long as you live...

Injil hari ini berkisah tentang perumpamaan mengenai gadis-gadis bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh. Gadis yang bijaksana menyimpan kelebihan minyak untuk berjaga-jaga, namun gadis yang bodoh menghabiskan semua minyaknya. Apa yang sekiranya hendak disampaikan Yesus melalui perumpamaan ini?

Apapun yang boleh kita kerjakan di dunia ini, hendaknya itu dapat mengantar kita kepada kehidupan yang kekal. Selalu ada minyak yang harus disimpan, sebab kita tidak tahu waktu ketika kekekalan itu akan tiba. Jikalau ia belum juga tiba ketika kita tak lagi mempunyai minyak, bukankah pelita tak akan menyala? Pelita itu akan padam! Lalu dengan apakah kita akan menerangi jalanan panjang yang masih harus disusuri itu? Di dalam kegelapan, bukankah sangat mungkin kita akan tersandung dan jatuh? Ketika kemudian berdiri untuk melanjutkan perjalanan kembali, bagaimana kita dapat merasa yakin bahwa jalan yang sedang ditapaki adalah jalan yang benar, atau jalan yang masih sama seperti sebelumnya?

Gadis-gadis yang bijaksana memelihara iman, harapan dan kasih sambil menantikan Pengantinnya. Gadis yang bodoh lebih suka menghabiskan semuanya itu dan menyadari pada akhirnya, bahwa ia telah menukar Pengantinnya yang berharga dengan ketidakmengertiannya yang sia-sia...

Tidak ada komentar: