Juni 09, 2008

Harta yang Berharga

01 Agustus 2007

Karena kasih-Nya, Yesus tak henti-hentinya membuat perumpamaan untuk menggambarkan Kerajaan Surga, supaya mereka yang mendengarkan- Nya dapat mengerti. "Itulah sebabnya Ak berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti!" (lihat Mat 13:13).

Kali ini, Yesus mengibaratkan Kerajaan Surga sebagai harta yang terpendam di sebuah ladang. Orang yang menemukannya, akan menjual segala miliknya dan membeli ladang itu. Kerajaan Surga juga ibarat mutiara yang indah; yang juga membuat orang menjual segala miliknya untuk membeli mutiara itu.

Barangkali, banyak di antara kita yang pernah mengalami situasi yang sama. Bagi sesuatu yang berharga, apapun akan kita lakukan. Para kolektor mungkin adalah orang-orang yang paling sering mengalaminya dan mendapatkan keasyikan darinya. Butuh semacam kegigihan untuk memburu barang yang dicari, dan lebih banyak kegigihan lagi untuk mendapatkan yang diinginkan. Mereka tak segan-segan mengeluarkan banyak uang, bahkan juga merelakan beberapa benda koleksinya menjadi penukar bagi benda tersebut.

Dalam hal 'memburu' Kerajaan Surga, apakah kita pernah memiliki kegigihan yang sama? Beranikah kita melepaskan hal-hal yang kita sayangi demi mendapatkan Kerajaan Surga itu? Kerajaan Surga tak selalu didapat dengan cara yang mudah! Dalam kisah orang kudus hari ini, Alfonsus Liguori melepaskan hak waris atas harta kekayaan ayahnya, demi mengejar harta yang lebih berharga, yakni pelayanan kepada Tuhan melalui jalan imamat!

Apakah kita selama ini terlalu 'berhitung' dalam mendapatkan Kerajaan Surga itu? Apakah kita menganggap bahwa Kerajaan Surga belum sebanding dengan 'biaya' yang kita keluarkan? Ataukah kita melihat bahwa Kerajaan Surga itu bukanlah sesuatu yang 'cukup berharga', sehingga kita lebih tertarik pada 'harta' yang lainnya? Harta yang lainnya itu adalah hal-hal duniawi: kekayaan, kelekatan manusiawi dan banyak hal lain yang menjauhkan kita dari hal-hal Ilahi.

Beethoven, seorang komponis besar, menjadi tuli pada puncak kariernya. Ia tak pernah berkecil hati karena hal itu. Sebagian karya terbesarnya bahkan diciptakan pada masa-masa yang sunyi ini. Beethoven telah mendapatkan musik, harta yang paling berharga di dalam hidupnya. Ia bahkan tak lagi membutuhkan sepasang telinga!

Tidak ada komentar: