Juni 09, 2008

Keselamatan

30 Agustus 2007

Yesus berkata kepada kita, ”Hendaklah kalian selalu siap siaga, sebab Anak Manusia datang pada saat yang tidak kalian duga!” (lihat ayat 44)

Kesetiaan itu bukan hal mudah. Untuk menjadi setia, orang harus terus-menerus memupuk kepercayaan kepada yang disetiai. Kepercayaan itulah yang akan menjaga kesetiaan sehingga tidak gampang rasanya untuk meninggalkan orang yang disetiai itu begitu saja.

Allah itu setia. Ia tidak pernah meninggalkan manusia, meskipun manusia senantiasa berbuat dosa dan dengan demikian menjadi tidak setia kepada Allah. Ketidaksetiaan manusia, justru semakin menunjukkan kesetiaan Allah! Jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah? Sekali-kali tidak! (Roma 3:3-4a).

Lalu mengapa manusia seringkali tidak setia kepada Allah? Bisa saja, hal itu terjadi karena kurang percaya pada segala kehendak dan rencana-Nya yang indah. Kita tertawa saat kehendak Allah yang baik dan menyenangkan terjadi atas kita, namun kita marah dan kecewa ketika kehendak Allah tak selalu terasa menyenangkan untuk dihadapi atau dijalani. Dapatkah kita, dengan rela, selalu bersikap sebagaimana Maria, ”Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu!” ?

Bisa juga, kita tak mengerti bahwa Allah mempunyai rencana besar atas hidup kita, sehingga kita malahan melalaikan tugas-tugas yang justru akan membuat kita semakin pantas bagi-Nya. Allah selalu mengajak kita mengambil bagian dari rencana keselamatan- Nya! Santo Paulus menulis: di dalam segala kesusahan dan penderitaan kami, kami terhibur oleh berita tentang kalian. Percayamu kepada Kristus membesarkan hati kami, sehingga sekarang kami merasa sungguh-sungguh hidup, asal kalian tetap berdiri teguh, bersatu dengan Tuhan (1 Tesalonika 3:7-8).

Kesetiaan pada Allah; itulah yang akan mengantar kita kepada keselamatan yang sejati. Kesetiaan kepada Allah itu jugalah yang akan menjadikan Gereja sungguh-sungguh menjadi komunitas umat beriman yang berpengharapan!

Tidak ada komentar: