Juni 11, 2008

Keinginan

19 September 2007

Jangan terlalu banyak berharap, nanti kecewa! Kalimat itu mungkin sering kita dengar, atau diucapkan orang kepada kita, saat mengharapkan sesuatu dapat terjadi sesuai dengan harapan kita. Memang benar, kadang kita terlalu percaya pada harapan sehingga ketika kenyataan menunjukkan hal sebaliknya, kita menjadi sangat kecewa. Barangkali, kita bahkan tidak mau menerima kenyataan tersebut.

Situasi itu sama persis dengan yang dialami ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang dikisahkan Injil hari ini. Mereka yang menanti-nantikan Mesias itu, tidak mau dibaptis oleh Yohanes. Yesus pun menanggapi sikap mereka itu dengan perkataan yang indah, “Mereka seperti anak-anak di pasar yang berkata: kami meniup seruling bagimu, tapi kamu tidak menari. Kami menyanyikan kidung duka, tapi kamu tidak menangis!” (lihat ayat 32).

Pada masa itu, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat adalah kelompok yang mempunyai kekuasaan di dalam masyarakat. Mereka dapat menentukan banyak hal dalam kehidupan masyarakat. Para ahli Taurat adalah mereka yang ahli menafsirkan Kitab Suci, sementara orang-orang Farisi adalah para pejabat agama. Gambaran masyarakat pada masa itu cukup menyedihkan, karena terjadi pemiskinan yang makin meluas karena ketidakadilan sistem politik dan sistem ekonomi. Situasi juga diperparah karena dalam hal sistem peribadatan, ketidakadilan pun terjadi. Banyak orang tidak diperkenankan mengikuti ibadat karena dianggap orang yang najis atau kotor, seperti pelacur, pemungut cukai, berpenyakit kusta, orang-orang berdosa, mereka yang bodoh dan tidak berpendidikan serta banyak lagi lainnya.

Nah, pada masa itu, siapakah Mesias menurut mereka? Bagi yang tersisih dan teraniaya, Mesias adalah Dia yang akan memberikan kebebasan kepad mereka. Bagaimana dengan orang Farisi dan ahli Taurat? Mesias jelas adalah Dia yang akan menjamin kekuasaan dan kenyamanan hidup mereka! Ketika Mesias itu sungguh-sungguh datang, seperti apakah Mesias itu?

Orang Farisi dan para ahli Taurat pun kecewa, ketika Mesias yang mereka nantikan itu bukanlah seperti yang mereka harapkan. Yesus, sang Mesias itu, ternyata adalah Dia yang jelas-jelas menunjukkan keberpihakan kepada yang lemah, miskin, tersisih dan teraniaya. Ia menyembuhkan orang-orang sakit, membangkitkan yang mati, bergaul dengan para pendosa dan memanggil orang-orang sederhana yang tak bependidikan untuk menjadi murid-Nya. Bukan Mesias macam ini yang mereka inginkan! Tak heran, orang-orang Farisi dan para ahli Taurat adalah mereka yang sangat membenci Yesus, bahkan merencanakan berbagai hal buruk terhadap-Nya...

Merenungkan situasi itu, kita dapat bertanya pada diri kita sendiri: seperti apakah Mesias yang kita inginkan? Jikalau mengimani Yesus sebagai Mesias itu, sudahkah pikiran, perkataan dan perbuatan kita selaras dengan pikiran, perkataan dan perbuatan Yesus? Apakah di depan orang banyak kita mengakui Yesus sebagai Mesias, tapi diam-diam kecewa karena Yesus bukanlah Mesias yang kita inginkan? Barangkali kita termasuk orang yang merasa tersindir, jengkel dan dongkol setiap kali mendengar pembacaan Injil, karena cara hidup kita belum sesuai dengan cara hidup yang diinginkan Yesus!

Yang lebih menyulitkan bagi diri kita sendiri adalah: alih-alih menuruti kehendak Yesus, kita justru menginginkan Yesus yang menuruti keinginan kita, melalui setiap doa dan pergulatan hidup kita. Jangan-jangan, kita sudah menyerupai mereka yang berkata, ”Aku sudah meniup seruling tapi kau tidak menari. Aku sudah menyenandungkan lagu duka tapi kau tidak menangis!” Kalau begitu, bersiaplah untuk kecewa!

Tidak ada komentar: