Mei 30, 2008

Biji Sesawi & Ragi

30 Juli 2007

Memegang visi Kerajaan Allah, pada zaman sekarang ini, menjadi sesuatu yang mengecilkan hati. Begitu banyak masalah kita hadapi: kemiskinan, kelaparan, pendidikan, pemenuhan kebutuhan ekonomi, kerusakan lingkungan, merosotnya moralitas dan terganggunya relasi antar manusia.

Menghadapi semuanya itu, teladan dan petuah Yesus sebagaimana termuat di Kitab Suci terasa makin jauh dan tak masuk akal. Visi Kerajaan Allah yakni keselamatan, yang di antaranya termasuk mewujudkan keadilan dan perdamaian, terasa sungguh sulit untuk digapai. Masihkah kita punya harapan? Bagaimana caranya bertahan di dalam harapan itu?

Injil hari ini mengisahkan perumpamaan mengenai Kerajaan Surga yang diibaratkan dengan biji sesawi dan ragi. Kedua wujud itu, biji sesawi dan ragi, memang bukan wujud yang 'mengesankan'. Biji sesawi adalah biji yang kecil, dan ragi adalah butiran yang jauh lebih kecil lagi. Mengapa Yesus mengambil dua bentuk yang sederhana itu?

Kata kuncinya adalah: potensi. Biji sesawi kecil itu berpotensi untuk menjadi sebatang pohon yang besar dan kuat, sehingga mampu meneduhi mereka yang bernaung di bawahnya. Butiran mungil ragi itu berpotensi mengembangkan roti sehingga dapat mengenyangkan mereka yang memakannya. Itulah potensi Kerajaan Allah.

Segala yang berasal dari Tuhan baik adanya. Berpegangkan hal ini, sebetulnya kita tak perlu khawatir. Allah tak akan memberikan kepada kita visi tentang kerajaan-Nya tanpa Ia berikan juga potensi-potensi yang dapat kita kembangkan. Kita hanya perlu mengembangkan sikap percaya pada penyelenggaraan Ilahi-Nya, penyerahan diri kepada-Nya, pengakuan atas kuasa-Nya serta harapan yang hanya pada-Nya supaya kita tidak merasa sendirian dalam mencapai visi Kerajaan Allah tersebut.

Tidak ada komentar: