16 Juli 2007
Setiap orang mendambakan hidup yang nyaman, aman dan tenang. Tentu saja itu baik, dan boleh-boleh saja. Chico Mendes pun agaknya menginginkan hal yang sama.
Lahir dan tumbuh dalam keluarga penyadap karet (seringueiros) di hutan Amazon (Brasil) pada 15 Desember 1944, Chico hanya ingin agar keturunannya kelak dapat hidup nyaman sembari menjaga kelestarian alam. Penyadapan karet adalah satu di antara banyak cara eksploitasi hutan yang tidak menimbulkan kerusakan serius dan permanen terhadap ekosistem. Boleh dibilang, hal itu justru merupakan suatu sistem agrikultural yang berkelanjutan. Karena itulah, sebagaimana ayahnya, Chico pun bekerja sebagai penyadap karet.
Ternyata, hidup sebagai seorang seringueiros tidaklah mudah. Selain menghadapi tengkulak yang membeli hasil sadapan mereka dengan harga sangat rendah, Chico pun harus berhadapan dengan kepentingan bisnis yang ingin membabat hutan untuk dijadikan peternakan serta usaha pertambangan. Dibandingkan dengan penyadapan karet, dua aktivitas bisnis itu memang menjanjikan profit yang jauh lebih besar dalam waktu singkat. Tak hanya itu. Pemerintah bahkan bermaksud membangun jalan bebas hambatan sepanjang 5.000 kilometer. Kesemua rencana ini mengancam kehidupan 96 suku di Amazon.
Chico pun gelisah. Ia melihat bahwa alam dan sesama berada di ambang kehancuran. Chico lantas bergerak. Ia melawan dengan segala cara; menghadapi kaum industrialis dan pemerintah yang korup. Chico juga berjuang memberi penyadaran kepada suku-suku Amazon yang terus-menerus dibodohi dalam kemiskinan mereka. Ia berkata, "Janganlah kalian melakukan kesepakatan apapun dengan mereka! Tanah ini adalah milik kita. Jika kalian menukarnya dengan uang, kalian akan kehilangan kesempatan untuk bertahan. Tanah adalah hidup kita!"
Selama tahun '70-an, pertentangan kepentingan ini mengakibatkan pergolakan keras. Pembakaran hutan terjadi di mana-mana. Chico dan para pengikutnya pun melakukan perlawanan keras. Konsekuensinya sungguh berat; mereka menerima ancaman, penyiksaan, hukuman penjara, bahkan kasus-kasus penembakan yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.
Toh mata dunia memandang Chico dan para pengikutnya. Pada Juni 1987 ia menerima Global 500 Award dari PBB. Perjuangan Chico pun semakin dikenal, seiring dengan makin kerasnya tekanan terhadap pemerintah Brasil. Chico berkata, "Aku hanya mencoba menyelamatkan hutan hujan Amazon sembari menunjukkan bahwa kemajuan tanpa menimbulkan kerusakan adalah sesuatu yang mungkin untuk dilakukan."
Pada 22 Desember 1988, Chico ditembak mati di depan rumahnya sendiri.
Injil hari ini mengisahkan tentang Yesus yang menyatakan bahwa Ia datang ke muka bumi bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.
Dalam banyak perkara, mengatakan 'ya' kepada Yesus berarti mewujudkan damai bahkan melalui cara-cara yang menggunakan 'pedang'. Yesus menuntut komitmen, kesetiaan, keberanian dan kerelaan kita untuk keluar dari 'zona nyaman' dalam menyatukan salib kita dengan salib-Nya.
Chico Mendes hanyalah satu contoh. Semoga, kita menjadi contoh-contoh selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar