Mei 30, 2008

19 Juli 2007

Melalui Injil hari ini, Yesus berkata kepada kita, "Datanglah kepada-Ku, kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu!" (lihat ayat 28). Kita kerap menafsirkan ucapan Yesus itu sebagai sapaan kepada kita yang tengah menderita, baik fisik, psikologis, sosial, bahkan iman. Dalam benak kita, konsepsi tentang Yesus mengacu pada sosok Gembala Baik yang tak mau kehilangan satu pun domba (lihat Lukas 15: 1-7) atau Bapak baik hati yang menantikan kedatangan anaknya yang hilang (lihat Lukas 15:11-24).

Memang, di satu sisi, sungguh baik jika dalam segala penderitaan yang boleh kita alami, kita hanya bersandar kepada Allah. Ketika beban hidup begitu memberat, sungguh suatu hal yang sangat melegakan dan menyembuhkan, jika selalu ada yang dapat meringankan beban itu. Yang selalu ada itu Allah, sebab Ia setia (lihat 1 Kor 1:9). Di sisi lain, aku ingin menafsirkan perkataan Yesus itu dengan cara yang sedikit berbeda.

Injil hari ini, bagiku, adalah tentang 'kepercayaan' kepada Yesus. Yesus tak pernah menjanjikan perjalanan hidup yang selalu senang, aman, nyaman atau menenteramkan. Sebaliknya, Ia selalu mengingatkan kita bahwa mengikuti-Nya bukanlah hal yang selalu mudah. Boleh dibilang, dalam banyak hal, mengikuti Yesus justru merupakan hal yang sulit.

Lalu apa yang dijanjikan Yesus melalui 'jalan yang sulit' itu? Tak lain dan tak bukan, adalah jaminan berupa diri-Nya sendiri. Seorang gembala yang baik menuntun domba-dombanya menuju padang yang hijau dan air yang tenang. Domba-domba pun berseru, "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya sebab ia besertaku!" (bdk. Mzm 23)
Aku membayangkan, betapa senangnya dapat menjadi domba yang mencintai gembalanya. Bagi yang tercinta, kita selalu senang melakukan apapun, bahkan yang terberat sekalipun...

Tidak ada komentar: