Oktober 29, 2008

SERIBU BUKU & SEPOTONG CINTA

Orang boleh membaca seribu buku, tapi jika kehidupan tak mengatakan apa-apa padanya, apalah gunanya?

Demikian pula halnya dengan Kitab Suci atau perjalanan iman kita. Apabila kita mengenal Allah sebatas kisah-kisah-Nya di Kitab Suci, sebatas romantisme dalam doa-doa dan ibadat kita, apalah gunanya? Mengasihi Dia dengan segenap hati, dengan segenap pengertian, dan dengan segenap kekuatan serta mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri, jauh lebih utama daripada semua korban bakar dan persembahan (Mrk 12, 33).

Allah tidak menolak dicintai; Ia bahkan menunjukkan cara untuk mencintai Dia, yakni dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan kita. Inilah cinta yang penuh totalitas itu. Allah juga minta agar kita mencintai sesama kita, karena cinta kepada Allah berarti juga mencintai semua yang dilakukan-Nya. Secara konkret, mencintai sesama itu berarti memberi makan yang lapar, memberi minum yang haus, memberikan tumpangan pada orang asing, mengenakan pakaian kepada yang telanjang, merawat yang sakit dan menjenguk yang ada di dalam penjara.

Inilah Allah yang harus ditemukan di antara baris-baris Kitab Suci, di dalam nyanyian dan di antara lantunan doa. Sebagaimana kita memandang cermin; bayangan yang dipantulkan olehnya memang indah dan menarik, tapi kesejatian adalah milik dia yang berdiri di depan cermin.*

Tidak ada komentar: