Semakin mengenal Yesus, orang akan semakin mengetahui betapa kontras dunia ini dengan situasi Kerajaan Allah. Ia akan gelisah; ia tahu bahwa ia harus memperjuangkan sesuatu.
Situasi Kerajaan Allah terjadi ketika terjalin hubungan-hubungan yang benar antara manusia dan Allah, manusia dan manusia, serta manusia dan seluruh ciptaan. Situasi Kerajaan Allah tidak tampak ketika ketidakadilan merebak, kekerasan terjadi dan eksploitasi berlangsung terus-menerus.
Menjadi gelisahlah manusia yang kedalaman hatinya menyerukan Tuhan. Sebab, kerinduan akan Allah sudah terukir dalam hati manusia. Manusia diciptakan oleh Allah dan untuk Allah (lihat Katekismus, 27).
Kegelisahan dan kerinduan itu akan terus menerpa; semakin mengenal Dia semakin parahlah wajah dunia, sebab Allah tampak jauh lebih besar, lebih baik dan lebih indah. Kegelisahan dan kerinduan ini jugalah yang menerpa Ibu Teresa dari Kalkuta sebagaimana dipaparkannya dalam buku Mother Teresa: Come Be My Light, ”Kesepian dan kekosongan yang demikian besar menyelimuti saya, sampai saya membelalakkan mata tapi tak melihat, memasang telinga tapi tak mendengar, menggerakkan lidah dalam doa tapi tak bicara...” (Sindhunata, Malam Gelap di Kalkuta, majalah Basis Jan-Feb 2008). Toh Ibu Teresa tak pernah berhenti menyapa sesamanya yang miskin dan terlupakan, mengembalikan mereka kepada martabatnya sebagai ciptaan yang mulia.
Dalam kegelisahan dan kerinduan saat memperjuangkan kehadiran Kerajaan Allah, Yesus berkata kepada kita, ”Berbahagialah engkau, sebab besarlah ganjaranmu di surga,” (bdk. Mat 5:1-12).*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar