Centang-perenang kehidupan sehari-hari, seringkali membawa kita pada suatu persimpangan. Kita dihadapkan pada pilihan-pilihan, juga pertentangan-pertentangan yang memaksa kita untuk berpihak. Kita pun bertanya: mana yang aman, yang menantang, atau yang membahayakan?
Memilih itu tidak mudah, apalagi jika kita terpaku pada apa yang ada. Padahal, tanpa kita sadari, memilih itu barangkali berarti membuat suatu alternatif yang lain sama sekali.
Merefleksikan perjalanan Yesus, kita menyadari bahwa Ia tak pernah terjebak oleh pertentangan di antara para umat-Nya. Semua orang dicintai oleh-Nya; sebagai Gembala Baik, ia tak mau meninggalkan satu pun domba-Nya.
Kebijaksanaan Yesus melintasi berbagai sekat dan kepentingan, sebab Ia tak memilih kiri atau kanan, melainkan menggariskan satu jalan baru menuju keselamatan. Semua orang dipanggil untuk melintasi jalan itu, jalan kasih, jalan penebusan. Mereka yang tak mau serta tentu harus menanggung sendiri akibatnya, sebab semua jalan pasti mengantar kita pada suatu tujuan.
Meneladani Yesus sekarang ini, berarti menjawab panggilan untuk kembali menyusuri jalan kasih itu: mempertahankan nurani, memperteguh persaudaraan, membela yang lemah, memampukan yang berkekurangan, menjadi sahabat bagi yang berkelimpahan, memperjuangkan keadilan, sehingga kita mampu membuat perubahan.
Barangkali yang kita buat hanyalah sebuah jalan setapak kecil di antara ilalang. Tapi bagaimanapun, itu adalah sebuah jalan juga.
Dan barangkali, pada suatu saat nanti, akan makin banyak orang yang berkata seperti seorang penyair ini, ”Di tengah hutan jalan setapak terbelah dua. Aku memilih jalan yang jarang dilalui orang, dan pilihan itu telah mengubah hidupku.” (Robert Frost, Road Not Taken)*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar