Kita seringkali merasa iba melihat orang-orang yang miskin dan kekurangan. Bila dibandingkan dengan kita, kondisi mereka sangat memprihatinkan. Mereka tak cukup makan & tak punya persediaan makanan, tak cukup uang & tak punya tabungan, tak punya pekerjaan yang memberikan jaminan penghasilan, tinggal di rumah yang tak layak huni, pendidikannya tak mencukupi... pendek kata, kualitas hidup mereka sangat rendah. Tak hanya itu; kemiskinan selalu menjadi akar bagi dosa-dosa, sehingga kualitas hidup iman mereka yang miskin pun sungguh terancam.
Orang miskin selalu ada dalam hati Tuhan, karena hanya dalam kemiskinan orang dapat berharap akan kemurahan Tuhan (bdk. 2 Yak 2,5). Bagaimana dengan kita, yang kualitas hidupnya dapat dikatakan ’baik’ ini? Apakah kualitas iman kita pun baik? Apakah kita pun selalu ada dalam hati Tuhan?
Belum tentu. Ketika makanan berlimpah di sekitar kita, kita jadi lupa bahwa sebagian penduduk dunia ini berada dalam kelaparan. Ketika punya pekerjaan yang tetap dan uang bertumpuk di tabungan, kita merasa hidup kita sudah terjamin untuk sekian lama tapi lupa pada jaminan hidup yang kekal. Rumah yang berfasilitas bagus membuat kita nyaman dan tak mau keluar untuk menjumpai sesama. Pendidikan tinggi justru seringkali membuat kita arogan dan merasa paling tahu cara mengelola dunia.
Bukan hanya kemiskinan; kecukupan atau kekayaan pun dapat menjadi akar bagi dosa. Kualitas iman kita pun terancam. Kita memang berkecukupan atau kaya, namun hidup iman kita sungguh-sungguh miskin di hadapan Allah.
Barangkali kemiskinan iman yang kita punya itu ibarat segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli milik seorang janda di Sarfat. Yang ada hanya sedikit, tapi janda itu menyerahkan semuanya kepada Elia, sehingga Tuhan pun membuat tempayan dan buli-buli itu selalu penuh terisi kembali (lihat 1 Raja-raja 17,12-14).
Sama seperti janda miskin itu mendapat kemurahan Allah, kita pun akan memperoleh kemurahan yang sama. Tentu saja, terlebih dulu kita harus menyadari segenggam tepung dan sedikit minyak dalam hidup iman kita.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar