September 14, 2008

Tentang Memandang

Jumat, 30 Mei 2008

Beriman itu bukan perkara gampang. Seseorang tidak semerta-merta dikatakan sungguh beriman hanya karena ia rajin ke gereja, atau merupakan seorang pendoa yang baik. Bahkan, Karl Marx pun pernah berkata bahwa iman yang sejati adalah iman yang pernah berbenturan dengan realitas sosial.

Iman memang bukan pemberian, atau warisan. Iman tumbuh dari pergulatan. Beriman menjadi bermakna jika seseorang pernah mengalami dan melampaui krisis. Tanpa mengalaminya, ia barangkali tak akan mengerti tentang keragu-raguan, sekaligus tak akan paham tentang kepercayaan yang sesungguhnya.

Perjalanan hidup ini memungkinkan kita untuk menemui apapun. Mungkin hidup pernah terasa begitu berat sehingga kita nyaris berhenti berjalan atau memutuskan untuk berbalik arah. Tapi Yesus tak membiarkan kita sendirian; Ia memanggil nama kita dan meminta kita menghampiri diri-Nya, "Datanglah pada-Ku kamu yang letih lesu dan berbeban berat; Aku akan memberikan kelegaan padamu!" (bdk. Mat 11, 28).

Mereka yang memandang Yesus pun akan menemukan harapan, sebab Ia menjanjikan kehidupan.

Tidak ada komentar: