Jumat, 16 Mei 2008
Seorang bijak pernah berkata: seekor itik tidak dapat belajar berenang hanya dengan membayangkannya saja.
Kita pun tak akan mengerti lautan hanya dengan mengoleksi gambar-gambar tentang laut. Atau, memahami hutan melalui buku-buku. Pengetahuan seringkali tidak cukup; karena itulah, pengalaman akan sangat memperkaya.
Demikian pula halnya dengan Yesus. Seseorang tak akan dapat sungguh-sungguh mengimani Yesus hanya dengan membaca Kitab Suci, rajin ke gereja atau tekun berdoa saja. Pengertiannya akan bertambah dalam, jika ia mau menjumpai sesamanya, menyatukan diri dengan kegembiraan, duka dan harapan mereka; menyadari bahwa Yesus sungguh hidup, bukan sekadar tokoh, sejarah atau kenangan.
Seseorang pernah bertanya: apa persamaan antara penyair dan politikus? Jawabannya adalah: keduanya sama-sama tidak mampu menyembuhkan luka. Penyair hanya akan mengelus-elus luka itu; membicarakan betapa parah dan sakitnya, sedangkan si politikus justru akan mengorek-ngorek luka itu hingga makin parah dan sakitnya makin terasa.
Hidup yang sesungguhnya bukanlah puisi atau orasi... bukan kata-kata, melainkan keterlibatan yang penuh di dalam setiap pergulatannya. Begitulah juga dengan iman; jika tidak dinyatakan dalam perbuatan, iman itu tidak akan ada gunanya... (bdk. Yakobus 2, 17).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar