Selasa, 27 Mei 2008
Betapa sempitnya pikiran manusia. Ia mengira Allah memberinya nama, padahal ia hanyalah seseorang di antara yang lainnya. Ia mengira Allah memberinya keluarga, padahal banyak orang dapat disebutnya sebagai saudara. Ia mengira Allah memberinya sebuah rumah dan sepetak halaman, padahal Allah menganugerahinya alam untuk dijaga dan dikelola.
Jika bertahan dalam ruang benaknya yang sempit itu, selamanya manusia akan gagap saat menghadapi dunia. Bukan persaudaraan yang ia kembangkan, melainkan egoisme. Bukan kesetaraan antar manusia yang ia pertahankan, melainkan manipulasi dan penindasan. Bukan kelestarian alam yang ia perjuangkan, melainkan eksploitasi besar-besaran.
Hari ini Yesus berkata kepada kita, ”Barangsiapa meninggalkan rumah, ibu, bapa, dan anak-anaknya atau ladangnya, ia akan menerima kembali seratus kali lipat,” (bdk. Mrk 10, 30). Sudah saatnya kita belajar untuk memandang dunia ini sebagai rumah bersama dan memperjuangkan hubungan-hubungan yang benar di antara semuanya. Barangkali tak mudah, namun rumah itu menjanjikan ganti seratus kali lipat untuk setiap pengorbanan yang kita buat. Kita menyebut rumah itu: Kerajaan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar