September 14, 2008

PERJALANAN YANG MENGUDUSKAN

Sabtu, 17 Mei 2008

Dalam Injil hari ini, dikisahkan Yesus yang menampakkan kemuliaan-Nya di atas sebuah gunung. Ia tampak bercahaya dan bersama-Nya adalah Musa dan Elia. Kemudian awan datang dan dari awan itu terdengar suara, “Inilah Anak-Ku terkasih, dengarkanlah Dia.” (lih. Mrk 9, 2-4.7)

Para murid Yesus yang menyertai gurunya—Petrus, Yakobus dan Yohanes—merasa takut dan tidak tahu apa yang harus dikatakan (lih. Mrk 9, 6). Ini dapat dipahami; guru mereka belum pernah tampak begitu mulia, meskipun Ia telah melakukan banyak hal yang menakjubkan (mengajar, menyembuhkan, meredakan angin ribut, mengusir roh jahat, membangkitkan orang mati, memberi makan orang banyak). Di atas gunung itulah para murid melihat jati diri guru mereka yang sesungguhnya.

Manusia, pada awal penciptaannya pun adalah mulia; ia diciptakan seturut gambar dan rupa Allah (lih. Kej 1, 26-27). Akan tetapi, dalam perjalanan hidupnya, manusia kerap jatuh di dalam dosa. Ia seringkali melakukan perbuatan-perbuatan yang menyulitkan sesamanya untuk menemukan Allah di dalam dirinya. Dalam Kitab Suci kita membaca: dari mulut yang sama keluar kata-kata terima kasih dan juga kata-kata kutukan. Seharusnya tidak demikian! Apakah ada mata air yang memancarkan air tawar dan air pahit dari sumber yang sama? (Yak 3, 10-11).

Dalam setiap langkah, sekaligus kita temukan dua hal ini: kemurahan Tuhan dan kelemahan manusia. Tuhan telah begitu murah hati; menciptakan kita serta menganugerahi hidup. Seringkali, kita tidak dapat menjalani hidup itu dengan sebaik mungkin dan seturut kehendak-Nya. Namun toh selalu ada maaf kendati sesal tak sampai terucap.

Inilah sebuah perjalanan yang bernama hidup itu; semacam kesadaran yang sungguh, bahwa keberadaan kita semua di dunia ini pada akhirnya adalah untuk saling menyempurnakan. Pencuri, pemungut cukai, pelacur dan semua yang dinistakan orang... kemiskinan, orang-orang yang tak punya pekerjaan, mereka yang sakit dan lemah, tertindas dan teraniaya... kekerasan dan ketidakadilan... itu semua adalah panggilan bagi kita. Dengan mengembalikan semua orang kepada martabatnya, yakni ciptaan yang mulia, kita pun menggenapi tugas perutusan kita: mengelola dunia untuk kesejahteraan semua orang, menjadikan dunia sebagai rumah bagi seluruh ciptaan...

Betapa indah, betapa merindukannya... bahwa dalam cinta dan persaudaraan, kita akan bersama-sama menggapai kekudusan.

Tidak ada komentar: