Mei 10, 2012

Kesejatian Relasi


09 Juni 2011, Hari Biasa Pekan VII Paskah
Bacaan KS – Kisah Para Rasul 22:30; 23:6-11
Injil – Yohanes 17:20-26

Kesejatian Relasi
Sebagai OMK, barangkali kita termasuk orang yang melakukan hal ini: menyimpan foto pacar, keluarga atau anjing kesayangan di dompet. Mungkin juga, kita memilih untuk menyimpan atau memakai berbagai pemberian yang berarti: boneka, kalung, gelang, surat-surat, kartu bahkan lukisan. Sebagian dari kita mungkin lebih nyaman melamun, mengenangkan, termasuk menyanyikan lagu-lagu yang sarat makna. Intinya, kita ingin dekat dengan seseorang melalui hal-hal atau benda-benda yang menjadi simbol bagi mereka.
Sebagai simbol, bermacam hal atau benda itu bukanlah relasi yang sesungguhnya. Dapatkah kita mencintai seseorang hanya dengan memandangi fotonya? Cukupkah komunikasi dengan seseorang terjalin dengan cara memeluk boneka pemberiannya, atau menyenandungkan lagu kesukaannya? Dapatkah kedekatan kita pada Allah terbangun dengan hanya mengenakan kalung salib-Nya?
Hari ini, melalui bacaan-bacaan Kitab Suci, kita belajar banyak dari Santo Paulus dan Yesus sendiri. Paulus, yang ditangkap karena mengimani Yesus, tak merasa gentar sehingga terus bersaksi tentang Dia. Paulus menjalin relasi yang begitu dekat dengan Yesus, dan sungguh mau menjadi bagian dari karya keselamatan-Nya. Sedangkan Yesus, Putera Allah yang sudi menjadi manusia, berusaha untuk terus menjalin relasi yang dekat dengan kita. Yesus hadir, menemani, menghibur, mengasihi kita. Yesus bahkan memohon ampun kepada Bapa bagi kita yang belum dapat memahami jalan keselamatan-Nya. Yesus juga berdoa, agar kita semua dapat menyatukan diri dengan kehendak dan rencana Allah yang indah. Sebagai puncak kesejatian relasi-Nya dengan Allah Bapa dan manusia, Yesus wafat di salib.
Bagaimanakah relasi kita dengan orang-orang yang kita jumpai? Seperti apakah relasi kita dengan Allah sendiri? Apakah relasi-relasi ini memberikan kegembiraan, menumbuhkan harapan, serta membuahkan keselamatan? Semoga kita semakin berani untuk mewujud nyata, tak berhenti pada simbol atau romantisme belaka.*

Tidak ada komentar: