Mei 10, 2012

Jadilah Mereka Satu


08 Juni 2011, Hari Biasa Pekan VII Paskah
Bacaan KS – Kisah Para Rasul 20:28-38
Injil – Yohanes 17:11b-19

Jadilah Mereka Satu
Dalam sebuah pertemuan OMK, fasilitator meminta agar semua yang hadir membagi diri menjadi sejumlah kelompok. Tiap kelompok mendapat sebuah bejana kecil dari tanah liat dan cat warna-warni. Ketua kelompok diminta untuk memastikan, bahwa setiap anggota kelompok membubuhkan gambar di bejana itu sesuai dengan selera mereka masing-masing. Bejana berhias itu nantinya akan dipresentasikan.
Semua kelompok pun berlomba-lomba menjadikan bejananya paling indah. Ada yang berembuk dulu untuk membuat konsep, ada yang mulai dengan menemukan ciri khas masing-masing anggota kelompok. Kelompok lain ada juga yang langsung mulai saja mengambari bejananya, tak pusing dengan konsep. Setelah semua bejana usai dihias, presentasi tiap kelompok pun menjadi acara yang seru. Canda, tawa, aneka komentar meramaikan suasana.
Keceriaan itu mendadak sontak berubah ketika fasilitator kemudian meminta semua kelompok untuk memecahkan bejana masing-masing. Ekspresi terkejut, tak percaya bahkan ngeri, tampak di wajah-wajah peserta. Perlahan, satu demi satu bejana dipecahkan. Setelah beberapa saat dalam keheningan, fasilitator lantas meminta agar semua kelompok merekatkan kembali keping-keping bejana itu dengan lem. Ada seseorang yang menangis. Sejumlah lain terlihat dongkol. Sebagian tampak tak bersemangat. Suasana muram. Sekuat apapun lem, serapi apapun melekatkan keping-keping itu, bejana mereka tak lagi kelihatan sama indah seperti sebelumnya.
Aktivitas dengan bejana itu mengantar kita pada perenungan tentang konflik dan perpecahan. Kita mengawali relasi atau membentuk kelompok berlandaskan tujuan, sembari menghargai keunikan tiap pribadi serta semangat macam ‘nggak ada loe, nggak rame‘. Dalam perjalanan, konflik dapat terjadi dan bisa saja, setiap orang menjadi lupa pada tujuan, keunikan bahkan semangat awal mereka sendiri. Perpecahan pun tak terelakkan. Bahkan ketika yang pecah itu kembali disatukan, butuh waktu dan energi tersendiri agar relasi sungguh-sungguh dapat dipulihkan.
Sementara itu, ketika kita, OMK, bergelut dalam pertikaian dan ancaman perpecahan, Yesus tetap hadir dan berdoa bagi kita, “Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, supaya mereka menjadi satu, sama seperti kita.” Ingatan akan Yesus ini semoga dapat melampaui aneka kepentingan pribadi, menjadi pegangan dalam kerapuhan diri, dan menyadarkan kita untuk tetap rendah hati. Pertikaian hanyalah sekadar proses tumbuh-kembang bersama, dan sebagaimana dinyatakan oleh St. Edith Stein, “Barangsiapa mencari kebenaran, entah sadar atau tidak, ia mencari Tuhan.”*

Tidak ada komentar: