Januari 03, 2009

THE RULES OF THE WORLD


Hidup ini bagaikan sebuah permainan kartu, kata seorang bijak. Setiap orang mendapatkan kartunya sendiri-sendiri dan harus memainkannya dengan benar.

Dalam sebuah permainan kartu, hanya boleh ada satu aturan main yang ditegakkan. Semua pemain terikat pada aturan itu. Kendati begitu, selalu ada peluang bagi berbagai trik dan taktik, bahkan perbuatan yang curang.

Dunia ini pun digerakkan oleh aturan-aturan permainan. Yang paling menonjol dan sangat berpengaruh dalam hidup para pemainnya adalah aturan ekonomi. Ada aturan bahwa seseorang boleh meminjamkan uang kepada orang lain dengan menarik bunga pinjaman. Ada aturan bahwa produksi pertanian harus ditingkatkan demi kecukupan pangan, meski itu berarti eksploitasi lahan dan penggunaan bahan-bahan kimia. Ada aturan bahwa buruh di negara-negara ketiga hanyalah bagian dari komponen produksi suatu barang, meskipun itu berarti sejumlah Rp5 ribu dari Rp500 ribu harga jual sebuah sepatu. Ada sebuah aturan yang bernama perdagangan bebas. Ada aturan bahwa lembaga pemberi hutang berhak menentukan kebijakan ekonomi negara penghutang (yang tentu saja menguntungkan si pemberi hutang).

Aturan-aturan dunia itu, barangkali terasa baik bagi yang mendapat keuntungan. Akan tetapi, tak sedikit yang dirugikan atau bahkan dikorbankan. Faktanya jelas: kemiskinan yang seolah tak terhapuskan.

Yesus pernah datang untuk membela martabat manusia dan menentang aturan yang menelikung serta mengekangnya. ”Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat!” tegas-Nya (bdk. Mat 12:8), menandaskan kekuasaan Allah atas kehidupan dan seluruh ciptaan. Barangkali orang telah lupa pada kearifan-kearifan-Nya yang terangkum dalam sebuah Kitab lama: tidak membebankan bunga hutang (lih. Kel 22:24), berlaku adil terhadap orang miskin (lih. Kel 23:6), mengistirahatkan tanah setiap tujuh tahun (lih. Kel 23:10-11, Im 25:1-7). Dalam jejak-jejak langkah Anak Manusia pun terpeta kearifan-kearifan: dua hukum yang utama (lih. Mat 22:36-40) serta Sabda Bahagia (lih. Mat 5:1-12).

Ketika aturan-aturan dunia sekarang secara jelas menimbulkan kesengsaraan, bukannya kehidupan... apa yang telah kita lakukan sebagai orang-orang yang meniti jejak Sang Anak Manusia? Apakah kita menjadi korban dan merasa kalah, atau menjadi bagian dari pembuat aturan dan sungguh-sungguh tak berdaya dalam membela martabat kemanusiaan sesama kita?

Hidup ini, barangkali memang laksana sebuah permainan kartu. Menjadi tak soal pada akhirnya, apakah kartu-kartu di tangan Anda adalah kartu-kartu biasa atau justru kartu As. Yang terpenting adalah bagaimana cara Anda memainkannya.*

Tidak ada komentar: