
Beberapa waktu yang lalu, wajah Yesus tampak di gong gereja kita. Setidaknya, itulah yang bisa kita lihat dari foto-foto yang beredar.
Reaksi umat pun bermacam-macam. Ada yang menangis karena merasa tersentuh. Ada yang gemetar karena takjub. Ada juga yang lantas melakukan macam-macam analisis: mengapa Tuhan menampakkan diri di MBK? Ada yang biasa-biasa saja. Ada yang menganggap sepi. Ada juga yang tidak percaya. Itulah kekayaan Gereja; sebuah potret kemajemukan, pun dalam hidup religius. Bukankah rasanya menggetarkan hati, berada di tengah Gereja yang satu dan kaya ini?
Semua jalan dapat membawa orang untuk sampai kepada Tuhan, termasuk gambar wajah di atas sebuah gong sekalipun. Menjadi rumit, ketika semua jalan yang boleh ditempuh itu tidak mengantarkan kita ke mana-mana. Kita hanya berputar-putar di jalan itu, lupa pada tujuannya yang semula.
Jika itu yang kita alami, barangkali kita akan serupa Tomas yang menanti Yesus hadir di hadapannya. Menanti bukti, untuk kemudian percaya, baru mampu mewartakan keselamatan yang datang dari Allah.
Setiap orang boleh berproses dan harus berproses. Mungkin ada baiknya untuk diingat: selama proses itu berlangsung, jumlah pengangguran terus bertambah, jumlah penduduk miskin meningkat, anak-anak semakin lapar dan jauh dari sekolah, hutan-hutan terus ditebangi, pencemaran lingkungan tetap terjadi, bahkan kekerasan dan ketidakadilan makin kokoh menjadi satu-satunya sistem di negeri ini...*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar